Wednesday, September 13, 2006

Pernyataan Kebenaran Kasus Tibo Cs

Selasa, 12 September 2006

Saya ingin menanggapi pernyataan Arman.
"Kalau kita tidak melakukan eksekusi, berarti kita mem-bypass berbagai putusan yang telah dibuat sejak PN, PT, MA, PK, dan Grasi,".
Pernyataan ini pernah disampaikan kepada kami ketika kami berjumpa dengan beliau di kantor Kejaksaan Agung Jakarta, awal januari 2006.

Waktu itu saya menyampaikan bahwa, memang benar seluruh proses hukum sudah dilewati tetapi ketika Grasi itu ditolak saya pribadi jumpa dengan Tibo Cs dan dengan agak kecewa saya ajukan pertanyaan ini kepada Fabianus Tibo "Tibo berapa orang-kah yang kamu bunuh?" Tibo menjawab: "Pastor, saya tidak bunuh orang!" Saya tambah jengkel dan kembali ajukan pertanyaan "Kamu tahu siapa saya? saya minta jawab dengan jujur pertanyaan saya, berapa orang yang kamu bunuh?" Tibo menjawab "Saya tahu saya bicara dengan Bpk Pastor, saya bersumpah di atas 10 Alkitab yang disusun "Saya tidak bunuh orang!!" Seketika itu juga saya lemas tak berdaya dan air mata menetes. Dengan sedih & gemetar saya kembali bertanya ke Dominggus dan Marinus: "Dan kalian, berapakah yang kamu bunuh?" Merekapun bersumpah bahwa mereka tidak membunuh siapapun". Saya amat menyesal atas dua hal:
1. Saya dari tahun 2000 s/d 2005 mendampingi mereka tak pernah ajukan pertanyaan seperti itu. Saya kalau mengunjungi mereka selalu hanya bermaksud mengajak mereka bertobat dan siap jika harus dihukum mati (Saya terprovokasi tentang cerita Tibo Cs yang hebat yang berkembang di masyarakat)
2. Saya amat sedih dan marah dengan kuasa hukum yang menangani kasus Tibo Cs. Kenapa mereka dijatuhi hukuman mati sementara mereka mengaku tidak membunuh? Ada apa ini? Mengapa GKST yang selama ini memfasilitasi mereka tidak mengungkap fakta ini? Mengapa ketika kami tawarkan kuasa hukum pada tahun 2000 ditolak? Pihak GKST mengatakan Tibo Cs yang menolak kuasa hukum yang dikirim oleh Frans Seda. Tapi siapa yang suruh Tibo Cs menolaknya? sementara Tibo Cs tidak mengenal siapa Frans Seda.

Pengakuan Tibo Cs itu tidak serta merta kami percaya. Tiga hari berturut-turut, 12,13,14 November 2005 saya mengunjungi mereka dan selalu minta jangan pernah membohongi saya. Ceritakan dari A sampai Z keterlibatan kalian dalam kasus Poso. Dari cerita mereka saya mulai bentuk team kecil untuk mulai menginvestigasi keterangan-keterangan mereka di lapangan. Dari investigasi itu kami mulai menemukan alibi dari keterangan mereka bahwa mereka tidak pernah membunuh.

Dari data yang masih amat minim saya berangkat ke Jakarta pada Tgl 25 s/d 30 November 2005 mengikuti Sidang Agung Gereja Katolik di Indonesia. Dalam sidang itu saya angkat kasus Tibo Cs.

KWI (Konprensi WaliGereja Indonesia) merekomendasikan untuk membuat team investigasi untuk kasus Tibo CS. Maka, pada tanggal 12 s/d 19 Desember 2005 datanglah team dari KWI untuk investigasi kasus ini. Dari hasil investigasi itu kami mendapatkan data yang cukup banyak yang semakin menunjukkan kebenaran keterangan Tibo Cs.

Awal Januari 2006, lembaga hukum Padma Indonesia resmi mengambil alih kuasa hukum untuk Tibo Cs. Pelbagai lobby dilakukan supaya kasus ini dibuka lagi.

Motivasi membuka kasus ini adalah:
1. Kami ingin apa yang kami yakini sebagai kebenaran untuk kasus ini juga ditemukan oleh siapa saja. Sehingga kebenaran itu sungguh obyektif.
2. Kami ingin menemukan pelaku yang sebenarnya. Kalau bukan Tibo Cs, siapa yang melakukan?
3. Kami ingin permasalahan secara umum untuk kasus Poso diungkap.

Untuk Bpk. Jaksa Agung. Kenapa suara ini tak didengar? Haruskah demi prosedur hukum, subtansi masalah Tibo Cs harus ditepiskan? Bukankah dari PK II yang tidak diterima itu telah berhasil menunjukkan adanya NOVUM? Ingat, hukum diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hukum!

Untuk teman-teman sekalian, inilah alasan kenapa kami sangat ngotot untuk membela Tibo Cs. Seandainya mereka bukan beragama Katolikpun kami akan membela mereka.
Persoalan ini sungguh bukan karena agama tetapi karena kemanusiaan.

Viva Keadilan

Salam Damai

Pst Jimmy Tumbelaka

No comments: