Friday, November 17, 2006

George Aditjondro Dicekal di Thai Berdasar Surat Bertahun 1998

Selasa, 7 November 2006

Jakarta - Peneliti tentang kekayaan Presiden Soeharto dan kroninya di luar negeri, George Aditjondro, dicekal di Thailand pada 10 November 2006. Anehnya, surat pencekalan yang ditunjukkan oleh imigrasi Thailand tertanggal 1 Maret 1998.

"Ada apa dengan pemerintah Thailand? Kok surat pencekalannya pada masa Soeharto masih berkuasa?" tanya peneliti SEACA ini pada jumpa pers di Kontras, Jalan Borobudur 14, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (12/11/2006).

Sedianya George, dalam kapasitasnya sebagai peneliti South East ASEAN Comittee for Advocacy (SEACA), akan menghadiri workshop di Pattaya, Thailand. Workshop yang diselenggarakan oleh SEACA, LSM yang berkantor pusat di Manila, itu membahas tentang penyempitan ruang demokrasi di wilayah ASEAN pada tanggal 11-12 November 2006.

Pada waktu tiba di Bandara Internasional Svarnabhumi, Bangkok, Thailand, Jumat 10 November 2006 pukul 16.30 WIB, George tiba-tiba tertahan di bagian pemeriksaan paspor. Petugas pemeriksaan paspor yang tidak bersahabat dan tidak bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris tersebut hanya mengatakan black list kepada George.

"Hanya kata black list yang saya tahu," katanya.

Kemudian dia diajak ke ruang komputer dan ditunjukkan surat pencekalan tertanggal 1 Maret 1998. George berusaha membela diri, bahwa Soeharto sudah tidak berkuasa lagi, jadi pencekalan terhadap dirinya sudah berakhir sejak 1998.

Namun petugas imigrasi di Thailand tidak mau tahu. George akhirnya tertahan di bandara Svarnabhumi dan diinapkan semalam dalam ruang khusus bagi imigran bermasalah.

"Paspor dan semua dokumen milik saya ditahan," kata George.

Dirinya sudah berusaha untuk menghubungi pihak KBRI di Bangkok, Thailand, via warga negara Indonesia yang kebetulan juga mengalami masalah yang sama. "Saya tidak tahu nomor kontaknya," kata George. Usaha yang sama pun sudah dilakukan pihak panitia acara. Namun, pihak KBRI hanya memberikan janji akan datang ke bandara.

"KBRI Indonesia memang dikenal lambat dalam merespons masalah-masalah imigrasi yang dialami WNI di luar negeri seperti ini," kritik George.

Perlakuan tidak bersahabat dan pelayanan yang tidak memuaskan diterimanya selama semalam menginap di bandara Svarnabhumi.

"Tidak diberi makan, hanya setelah saya meminta, baru dikasih, itu pun cuma dua kali," kata George yang tetap memelihara berewok dan rambut gondrongnya ini.

Setelah itu dia dipulangkan keesokan paginya pukul 08.30, dan sampai Indonesia pukul 11.30 WIB.

"Koper saya yang berisi dokumen penelitian tentang Indonesia dan Timor Leste masih tertahan dan katanya akan dikirim sekarang oleh pihak airline, tapi belum sampai juga," keluh George. (nwk/nrl)

Aditjondro Gugat Kedubes Thailand
Nograhany Widhi K - detikcom

Jakarta - Tak terima dirinya dicekal oleh Imigrasi Thailand berdasarkan surat bertanggal 1 Maret 1998, George Aditjondro pun siap menggugat Kedubes Thailand di Indonesia.

Selain itu, dirinya melalui Kontras, Senin (13/11/06) besok, dia akan mengirimkan surat kepada Departemen Luar Negeri RI, mempertanyakan tentang pencekalan dirinya dan mempermasalahkan respons KBRI. Tembusannya akan dikirimkan ke Departemen Hukum dan HAM bagian Imigrasi.

Hal ini diungkapkan George pada jumpa pers di Kontras, Jalan Borobudur 14, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (12/11/2006).

George Aditjondro dikenal sebagai peneliti kekayaan Soeharto yang tersimpan di luar negeri. Drinya sempat 'lari' ke Australia pada tahun 1995-2002 dan dicekal oleh rezim Soeharto pada Maret 1998. Namun sejak Soeharto jatuh, pencekalan otomatis tidak berlaku. Ini pertama kalinya George kena cekal sejak tahun 1998.

George menduga ini berhubungan dengan keadaan politik di Thailand yang baru dikudeta oleh militer. Selain itu Thaland yang mulai mendekatkan diri ke Amerika, menurut dugaan George, mulai menghidupkan watch list yang mengganggu kepentinngan negara adidaya tersebut. Selain itu juga muncul adanya dugaan represi lintas negara di wilayah ASEAN.

George juga pernah mengajar di Australia tentang gerakan pembebasan di ASEAN, seperti GAM, RMS, termasuk di wilayah Pattani, Thailand Selatan.(nwk/nrl)

No comments: