Friday, November 17, 2006

Kemungkinan Ada Pihak Ketiga Bermain di Poso

Jumat, 3 November 2006

Masih terus terjadinya eskalasi aksi teror di Poso, Palu dan sekitarnya, bisa saja karena adanya permainan pihak ketiga, baik itu individu maupun kelompok-kelompok tertentu.

"Kemungkinan keterlibatan pihak ketiga amat mungkin, sebab situasi di sana teramat rentan," kata Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Sulawesi Tengah (Sulteng), M Ichsan Loulembah di Jakarta, Kamis.

Hal senada juga diutarakan rekannya Marhany VP Pua, Anggota DPD dari Sulawesi Utara (Sulut), seraya mengatakan bahwa proses penuntasan aksi terror dengan menangkap dan segera mengadili para pelaku mestinya jangan diulur-ulur.

"Kita jangan terbiasa hanya beretorika. Ini masalahnya bisa meningkat jadi lebih krusial, jika proses pengungkapan dan penuntasan para pelaku teror seolah-olah sengaja berlama-lama. Kok dulu ketika teror Bom Bali langsung dengan cepat bias ditemukan para pelakunya," Tanya Marhany Pua dengan nada jengkel.

Tiga style

Secara terpisah, Ichsan Loulembah meminta pihak berwenang, agar segera mengombinasikan apa yang dinamakannya sebagai 'tiga style' demi mempercepat penuntasan masalah Poso tersebut.

"Tiga style dimaksud, masing-masing 'Kalla Style' yang intinya pendekatan hati ke hati. Lalu 'Pastika Style', yang secara professional day by day memberi progress report mengenai semua langkah yang berhasil dilakukan, berapa penjahat ditangkap dan seterusnya. Lalu jangan pula dilupakan ada 'Sarundajang Style', yang mengedepankan aspek-aspek hakiki kemanusiaan, persahabatan dan kebersamaan sebagai sesama ciptaan Tuhan," kata Ichsan Loulembah.

Gaya Kalla, telah pernah dikonkretkan lewat Perjanjian Malino I dan II untuk kasus Ambon serta Poso. Sedangkan Gaya Pastika, berkenaan dengan operasional tugas mengatasi Bom Bali. Sementara Gaya Sarundajang, berhasil mendinginkan dan sekaligus menuntaskan hingga ke akar-akar konflik di Maluku Utara maupun Maluku, ketika birokrat ini ditunjuk sebagai Penjabat Gubernur berturut-turut di dua daerah konflik tersebut.

"Ketiga gaya ini berbeda, tetapi sama dalam hal penting, yakni memiliki kemampuan komunikasi, negosiasi dan persuasi," tambah Ichsan Loulembah. (Ant/OL-02)

No comments: